PEMBUKAAN
Ada satu hal, yang tidak boleh hilang di hidupku. Tujuan. Tanpa tujuan hidupku tidak beranyawa, hanya bernapas.
Dan lucunya, benih dari tujuan itu sudah tertanam sejak aku masih SD.
Waktu itu, aku belum paham apa itu ambisi. Tapi aku tahu rasanya ketika hati terpanggil.
Ketika pertama kali aku menulis cerita di buku tulis sisa pelajaran, dan aku merasa… hidup.
Dari situlah semuanya bermula.
Secara akademik, aku cukup berprestasi. Saat SD selalu peringkat 1 di rapor kenaikan kelas. Saat SMP menang olimpiade. Saat SMA Seruuu.
KESADARAN
Di SMP aku tersadar bahwa tujuan sekolah itu untuk menjadi manusia merdeka.
Secara tiba-tiba, ambisi yang tumbuh di SD itu menghilang.
Aku sudah tidak belajar dari pagi sampai pagi karena takut nilai jelek.
Aku rasa, ambisi yang ku lakukan di masa SD itu sia-sia, balasannya hanya mendapat nilai bagus dan peringkat saja, tapi aku tidak merdeka, tidak bebas. Masih berada dalam penjara pikiran dan kekhawatiran akan masa depan.
Masa SMP jadi masa pencarian jati diri—sekalian, mumpung baru masuk masa pubertas.
Di situlah aku mulai benar-benar melihat siapa diriku:
galak, keras kepala, sulit diatur, dan entah kenapa… makin sulit fokus sejak mulai suka lawan jenis.
Semua itu terasa sangat tidak efektif terutama untuk orang sepertiku,
punya tujuan, tapi malah tersesat dalam tekanan dan kebingungan.
Aku tidak mereview sedikitpun pelajaran yang diberikan guru. Hanya modal mendengarkan guru, aku masuk peringkat 20 dari 36 murid. Ibuku marah, ayahku kecewa, keluarga besarku tak percaya.
Lantas bagaimana lagi? Sistem sekolah membuatku tak leluasa menjadi manusia merdeka. Apa-apa diatur, dibatasi, distandari.
Sekolah negeri gratis katanya, pret.
Aku dipalak 2 juta rupiah di SMPN yang katanya favorit itu. Jangankan membentukku menjadi manusia merdeka, inimah manusia terjajah namanya!
PUBER AKUT
Malang nian nasibku ketika covid datang dan kami para siswa mesti belajar daring. Bisa mengerti setitik materi saja aku sudah Alhamdulillah.
Nah, tapi disinilah aku menemukan seorang yang entah bagaimana dia menjadi lelaki favoritku.
Oke lanjut,
sudahlah bodoh karena daring, ditambah ada crush, jadilah aku orang sinting.
Sebenarnya yang menembakku bukan satu dua orang, tapi aku tak bisa. Aku maunya cuma kamu. Im yours. Begitu kataku. Ceilah.
Singkat cerita kami dekat.
Singkat cerita kami nekat.
Singkat cerita kami pegat.
Begitulah, begitu singkat kisah kami. Ga pacaran tapi terikat secara emosional. Jangan ditiru.
Kami tidak bertengkar, tapi ya kami sadar kami salah, makanya pisah. Aku masih berharap kami bisa dipertemukan dalam versi yang lebih baik. Dia bersama pasangannya dan aku bersama pasanganku.
Setelah covid selesai, aku fokus merawat tubuhku. Berkomitmen untuk punya tubuh yang ramping, langsing dan berbentuk mungkin?
Setiap selasa dan kamis aku selalu (not always hehe ) berlatih ABC run di sekolah. Minggunya keliling komplek. Puasa senin kamis, menjaga pola makan. Lelah sekali, tapi mantep sih.
Waktu itu aku belum sepenuhnya menutup diri dengan pakaian panjang dan kerudung.
Jadi, jelek bagusnya tubuhku akan sangat ketara.
Ohiya, terimakasih kepada novel Hijab For Sisters yang sudah memotivasiku menggunakan kerudung.
Kerudung ya, bukan hijab atau khimar. Doakan saja.
Waktu itu aku merasa sangat muda, banyak cobaan sedikit pengalaman, jadi sering belok-belok keluar garis.
Kata guruku di SMP, kita akan kesulitan memanagemen waktu di SMA jika belum menemukan jati diri di SMP.
Jadi, SMA itu tinggal ngerapihin jadwal hidup aja. Membangun segala habbit yang baik.
KOMITMEN
Menjelang kelulusan, aku berkomitmen untuk self-improvement. Membaca filosofi teras salah satu caranya.
Ada banyak sekali janji-janji yang ku utarakan di hati saat itu.
1. Berjanji untuk terus belajar.
2. Berjanji untuk ga marah.
3. Berjanji untuk ga pacaran.
4. Berjanji untuk taat kepada agama, dan orang tua.
5. Berjanji untuk tidak menjadi wanita borjuis.
6. Janji siswa pastinya.
Apa lagi ya? Itu saja yang kuingat.
PENUTUPAN
Akhirnya, kami lulus dari masa-masa pembentukan karakter itu.
Kami berpisah, tapi siapa sangka aku bertemu lagi dengan si Ana dan Seren di Smanek.
PESAN
Kalian jaga diri baik-baik ya, nanti kita ketemu lagi, pas aku udah jadi presiden. Love you all.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar